Thursday, April 2, 2015

Astronomi 1

Mempelajari Langit
Kata “Astronomi” berasal dari dua kata bahasa Yunani, astron yang berarti “bintang” dan nemein yang berarti “menamakan”. Walaupun cikal astronomi berawal ribuan tahun sebelum orang-orang Yunani kuno mulai mempelajari bintang, ilmu astronomi selalu berdasarkan prinsip yang sama, yaitu “menamakan bintang”. Banyak nama bintang yang berasal langsung dari orang-orang Yunani karena merekalah ahli astronomi pertama yang membuat daftar sistematis dari semua bintang yang dapat mereka lihat. Pada sejumlah peradaban awal, letak bintang-bintang yang terlihat saling berhubungan ditetapkan dengan menyatukan bintang-bintang tersebut dalam gugus-gugus yang tampak membentuk pola-pola tertentu di langit malam. Salah satu dari gugus itu tampak seperti sungai yang berkelok sehingga diberi nama Eridanus, sungai besar. Gugus lainnya, yang menyerupai pemburu dengan sabuk cerah, disebut Orion, si pemburu. Bintang diberi nama sesuai tempatnya dalam pola dan diberi peringkat sesuai dengan kecerahannya. Misalnya, bintang yang paling terang pada konstelasi Skorpius disebut 𝛂 Scorpii karena merupakan “Mars yang lain” karena sinarnya berwarna merah dan menyerupai Mars, planet yang berwarna merah darah.

Mengamati Langit
Para astronom pertama adalah gembala yang mengamati langit untuk menemukan tanda-tanda perubahan musim. Malam-malam yang terang merupakan kesempatan untuk mengenali pola-pola yang sudah dikenal dan gerakan-gerakan benda-benda langit yang paling terang.

Mempelajari Bintang
Hampir setiap budaya mempelajari bintang. Pada masa “Kelam” di Eropa ilmu astronomi dilestarikan oleh orang-orang berbahasa Arab. Daftar bintang Yunani diperbaiki dan dimutakhirkan oleh seorang astronom Arab bernama Al-Sufi (903-986).

Astronomi Purba
Dengan mengamati gerakan berputar dari Matahari, Bulan, dan Bintang, para pengamat purba menyadari bahwa gerakan-gerakan yang berulang itu dapat digunakan untuk menunjuk waktu (guna memberintahukan jalannya waktu siang atau malam) dan kalender (untuk menandai pergantian musim). Monumen kuno seperti Stonehenge di Inggris dan piramida suku Maya di Amerika Tengah merupakan bukti bahwa komponen dasar dari astronomi berdasarkan pengamatan telah dikenal sejak paling tidak 6.000 tahun. Semua peradaban, kecuali beberapa di antaranya, percaya bahwa gerakan langit yang tetap adalah tanda adanya hal yang lebih besar. Fenomena gerhana matahari, misalnya, dalam beberapa peradaban kuno dipercaya sebagai peristiwa ditalannya matahari oleh seekor naga. Oleh karena itu, dibuatlah suara-suara keras untuk menakuti naga dan membuatnya pergi.

Menyusun Alam Semesta
Banyak pengetahuan kita tentang ilmu astronomi kuno berasal dari filsuf Yunani yang bermukim di kota Alexandria, Claudius Ptolemaeus (100-178M), yang dikenal sebagai Ptolemaeus. Ia adalah ilmuwan yang luar biasa, tetapi yang terpenting adalah ia mengumpulkan dan memperjelas pekerjaan para astronom besar sebelumnya. Ptolomaeus meninggalkan dua set buku. Almagest merupakan buku teks astronomi yang memberikan katalog penting dari semua bintang yang diketahui, mulai dari Hipparchus. Dalam Tetrabiblos, Ptolemaeus berbicara mengenai astrologi. Selama 1.600 tahun tidak ada sanggahan terhadap kedua buku ini. Untunglah kedua buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab kerena dengan runtuhnya Kekaisaran Romawi sekitar abad ke-4, banyak pengetahuan yang telah terkumpul itu hilang karena perpustakaan dihancurkan dan buku-buku dibakar.

Penyusun katalog bintang
Hipparchus adalah salah satu astronom Yunani terkemuka. Ia menyusun daftar lebih dari 1.000 bintang dan mengembangkan ilmu trigonometri. Ia melihat langit melalui tabung untuk mengenali bintang secara terpisah karena pada saat itu teleskop belum diciptakan.

Bola Langit
Letak semua benda di angkasa diukur menurut koordinat langit yang khusus. Cara terbaik untuk memahami kartografi atau pemetaan langit adalah mengingat bagaimana para filsuf kuno membayangkan terbentuknya Alam Semesta. Mereka tidak mempunyai bukti yang nyata bahwa Bumi diam dan bintang-bintang serta planet-planet bergerak mengelilinginya. Mereka dapat melihat bintang-bintang mengitari sebuah titik di angkasa dan berasumsi bulatan Kristal atau bulatan bintang tetap karena bintang-bintang itu tampaknya tidak saling bertukar tempat. Koordinat angkasa yang kini digunakan berasal dari konsep lama itu. Bola bintang (langit) dan dunia (bumi) berbagi koordinat yang sama, seperti Kutub Utara dan Selatan, dan khatulistiwa.

Kegunaan Astronomi
Dengan semua alat teknologi modern yang ada sekarang ini, sulit untuk membayangkan bagaimana orang-orang di zaman dulu melakukan pekerjaan fungsional yang sederhana seperti menyebutkan waktu atau mengetahui di mana mereka berada di Bumi sebelum diciptakannya jam, peta, atau satelit navigasi. Satu-satunya alat yang ada pada saat itu adalah apa yang diberikan oleh alam. Kenyataan astronomi yakni jarak waktu hari yang related teratur, ketetapan gerakan bintang-bintang tetap, dan asumsi teori-teori tertentu seperti Bumi yang bundar, memungkin orang untuk mengatur kehidupannya. Dengan menghitung tinggi Matahari atau bintang-bintang tertentu, orang-orang Yunani Kuno melalui memahami bentuk dan ukuran Bumi. Dengan cara itu mereka dapat menentukan posisinya pada garis lintang. Dengan menggambar koordinat terhadap bola dunia, mereka dapat menentukan posisinya di permukaan Bumi. Dan, dengan mengatur penanda ukuran atau gromon, mereka dapat mulai menghitung waktu hari.  


Astrologi
Kata “Astrologi” berasal dari bahasa Yunani astron yang berarti “bintang” dan logos yang berarti “ilmu”. Sejak zaman Babylonia orang yang menatap langit yakni bahwa gerakan teratur benda-benda langit merupakan tanda adanya suatu tujuan kosmik yang besar. Para filsuf percaya bahwa jika mereka dapat mengungkapkan rahasia pesan-pesan tersebut dan memahami pola yang berpengaruh pada peristiwa masa lalu dan juga masa mendatang. Apa yang pada mulanya merupakan astonomi pengamatan, yakni mengamati bintang dan planet, secara bertahap menjadi astrologi yang kini menjadi bagian penting dari kehidupan banyak orang. Namun, tidak ada bukti bahwa bintang dan planet mempunyai pengaruh pada kepribadian atau nasib kita. Para astronom kini berpendapat bahwa astrologi adalah takhayul. 

 Sumber : Jendela Iptek - Balai Pustaka Jakarta